Perairan Darat

Hidrosfer adalah lapisan air yang menutupi permukaan bumi. Lapisan air yang menutupi permukaan bumi membentuk samudera, laut, rawa, danau, sungai, tumpukan es, awan, uap dan lain-lain. Air yang terdapat di permukaan bumi dapat berbentuk padat (seperti es, gletser), berbentuk air (seperti air sungai, air danau, air ( laut), dan berbentuk gas (seperti awan dan uap di udara/atmosfer.

Perairan darat adalah semua bentuk perairan yang terdapat di darat. Bentuk perairan yang terdapat di darat meliputi, mata air, air yang mengalir di permukaan bergerak menuju ke daerah-daerah yang lebih rendah membentuk sungai, danau, rawa dan lain-lain yang memiliki suatu pola aliran yang dinamakan Daerah Aliran Sungai (DAS). Tata air yang berada di wilayah daratan tersebut dipelajari oleh suatu ilmu yang disebut hidrologi.

Video Siklus Hodrologi


  1. Danau
    Berdasarkan proses kejadiannya danau dibedakan menjadi 6 macam yaitu :

    1. Danau Tektonik, yaitu danau yang terjadi akibat adanya peristiwa tektonik seperti gempa. Akibat gempa terjadi proses patahan (fault) pada permukaan tanah. Permukaan tanah yang patah mengalami pemerosotan atau ambles (subsidence) dan menjadi cekung. Selanjutnya bagian yang cekung karena ambles tersebut terisi air dan terbentuklah danau. Danau jenis ini contohnya danau Poso, danau Tempe, danau Tondano, dan danau Towuti di Sulawesi. Danau Singkarak, danau Maninjau, dan danau Takengon di Sumatera.

    2. Danau Vulkanik atau danau kawah, yaitu danau yang terdapat pada kawah lubang kepunden bekas letusan gunung berapi. Ketika gunung meletus batuan yang menutup kawasan kepunden rontok dan meninggalkan bekas lubang di sana. Ketika terjadi hujan lubang tersebut terisi air dan membentuk sebuah danau. Contoh danau jenis ini ialah danau Kelimutu di Flores, Kawah Bromo, danau gunung Lamongan di Jawa Timur, danau Batur di Bali danau Kerinci di Sumatera Barat serta Kawah gunung Kelud.

    3. Danau Tekto-Vulkanik, yaitu danau yang terjadi akibat proses gabungan antara proses vulkanik dengan proses tektonik. Ketika gunung berapi meletus, sebagian tanah / batuan yang menutupi gunung patah dan merosot membentuk cekungan. Selanjutnya cekungan tersebut terisi air dan terbentuklah danau. Contoh danau jenis ini adalah danau Toba di Sumatera Utara

    4. Danau Karst. Danau jenis ini disebut juga Doline, yaitu danau yang terdapat di daerah berbatu kapur. Danau jenis ini terjadi akibat adanya erosi atau pelarutan batu kapur. Bekas erosi mem bentuk cekungan dan cekungan terisi air sehingga terbentuklah danau.

    5. Danau Glasial, danau yang terjadi karena adanya erosi gletser. Pencairan es akibat erosi mengisi cekungan-cekungan yang dilewati sehingga terbentuk danau. Contoh danau jenis ini terdapat di perbatasan antara Amerika dengan Kanada yaitu danau Superior, danau Michigan dan danau Ontario.

    6. Waduk atau Bendungan, adalah danau yang sengaja dibuat oleh manusia. Pembuatan waduk biasanya berkaitan dengan kepentingan pengadaan listrik tenaga air, perikanan, pertanian dan rekreasi. Contoh danau jenis ini misalnya Saguling, Citarum dan Jatiluhur di Jawa Barat, Riam Kanan dan Riam Kiri di Kalimantan Selatan, Rawa Pening, Kedung Ombo dan Gajah Mungkur di Jawa Tengah.


  2. Rawa
    Daerah rawa banyak ditemukan di pantai timur pulau Sumatera dan pantai selatan pulau Kalimantan. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa: Rawa atau paya-paya adalah daerah rendah yang selalu tergenang air. Air yang menggenangi rawa bisa berupa air hujan, air sungai maupun dari sumber mata air tanah. Ada dua jenis rawa yaitu:

    1. Rawa yang airnya tidak mengalami pergantian, rawa ini tidak memiliki pintu pelepasan air sehingga airnya selalu tergenang ciri-cirinya sebagai berikut:
      • Airnya asam atau payau, berwarna merah, kurang bagus untuk mengairi tanaman dan tidak dapat dijadikan air minum. Kadar keasaman air (pH) mencapai 4,5.
      • Karena airnya asam, maka tidak banyak organisme (hewan maupun tumbuhtumbuhan) yang hidup.

    2. Rawa yang airnya selalu mengalami pergantian. Rawa ini memiliki pintu pelepasan air sehingga airnya berganti. Keberadaan rawa banyak manfaatnya bagi kehidupan kita, manfaat rawa bagi kehidupan kita antara lain:

      • Tumbuhan rawa seperti eceng gondok dapat dijadikan bahan baku pembuatan biogas dan barang-barang kerajinan anyaman seperti tas, dompet, hiasan dinding dan lain-lain,

      • Dapat dijadikan daerah pertanian pasang surut,

      • Sebagai lahan untuk usaha perikanan darat, dan

      • Dapat dikembangkan menjadi daerah wisata.


  3. Air Tanah
    Batuan itu sendiri, ditinjau dari sikapnya terhadap air dapat dibedakan atas:
    Akuifer : Suatu formasi batuan yang mengandung cukup bahan-bahan yang mampu melepaskan air dalam jumlah berarti ke sumur-sumur atau mataair. Ini berarti, formasi tersebut mempunyai kemampuan menyimpan dan meloloskan air. Pasir dan kerikil merupakan contoh jenis suatu akuifer.

    Jenis akuifer :
    • Akuifer tak-tertekan (unconfined aquifer) adalah lapisan pembawa air, di mana kedudukan muka airtanah merupakan bagian atas dari akuifer itu sendiri. Akuifer ini dibatasi oleh water table (phreatic level) sedangkan bagian bawahnya dibatasi oleh aquitard atau aquiclude. Istilah ini sangat tepat untuk menggantikan istilah sumur dangkal.
    • Akuifer tertekan (confined aquifer): adalah lapisan pembawa air, di mana airtanah terkurung oleh lapisan kedap air, baik di bagian atas maupun di bagian bawahnya. Aquifer ini pada bagian atas di batasi oleh aquitard dan bagian bawah dibatasi oleh aquitard atau aquiclude. Istilah ini sangat tepat untuk menggantikan istilah sumur dalam.
    • Akuiklud: Suatu lapisan jenuh air, tetapi relatif kedap air yang tidak dapat melepaskan airnya dalam jumlah berarti. Contohnya adalah Lempung
    • Akuifug: Lapisan batuan yang relatif kedap air, yang tidak mengandung ataupun dapat melalukan air. Batu granit termasuk jenis ini.
    • Akuitard: Lapisan jenuh air namun hanya sedikit lulus air dan tidak mampu melepaskan air dalam jumlah berarti ke sumur-sumur. Lempung pasiran adalah salah satu contohnya.

    Ada bermacam-macam jenis air tanah.
    Menurut letaknya, air tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu air tanah permukaan (Freatik) dan air tanah dalam.
    1. Air tanah permukaan (Freatik) adalah air tanah yang terdapat di atas lapisan tanah / batuan yang tidak tembus air (impermeable). Air yang ada di sumur-sumur, sungai, danau dan rawa termasuk jenis ini.
    2. Air tanah dalam, adalah air tanah yang terdapat di bawah lapisan tanah/ batuan yang tidak tembus air (impermeable). Untuk memperoleh air tanah jenis ini harus dilakukan pengeboran. Sumur bor atau artesis merupakan salah satu contoh sumur yang airnya berasal dari air tanah dalam.


    Gambar Skema Air Tanah

    Menurut asalnya air tanah dapat dibedakan menjadi air tanah yang berasal dari atmosfer (angkasa) dan air tanah yang berasal dari dalam perut bumi.
    1. Air tanah yang berasal dari atmosfer disebut meteoric water, yaitu air tanah ber asal dari hujan dan pencairan salju.
    2. Air tanah yang berasal dari dalam bumi misalnya air tanah turbir (yaitu air tanah yang ter simpan di dalam batuan sedimen) dan air tanah juvenil yaitu air tanah yang naik dari magma bila gas-gasnya dibebaskan melalui mata air panas.

  4. Sungai dan Daerah Aliran Sungai (DAS)
    Sungai adalah bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah di sekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke laut, danau, rawa atau ke sungai yang lain. Ada bermacam-macam jenis sungai. Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan menjadi tiga macam yaitu: sungai hujan, sungai gletser dan sungai campuran
    1. Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber mata air. Contohnya adalah sungai-sungai yang ada di pulau Jawa dan Nusa Tenggara.
    2. Sungai Gletser, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es.Contoh sungai yang airnya benar-benar murni berasal dari pencairan es saja (ansich) boleh dikatakan tidak ada, namun pada bagian hulu sungai Gangga di India (yang berhulu di Peg.Himalaya) dan hulu sungai Phein di Jerman (yang berhulu di Pegunungan Alpen) dapat dikatakan sebagai contoh jenis sungai ini.
    3. Sungai Campuran, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es (gletser), dari hujan, dan dari sumber mata air. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Digul dan sungai Mamberamo di Papua (Irian Jaya).

    Berdasarkan debit airnya (volume airnya), sungai dibedakan menjadi:
    1. Sungai Permanen (sungai pherenial), adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera
    2. Sungai Periodik, adalah sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.
    3. Sungai Episodik (Sungai intermiten), adalah sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba.
    4. Sungai Ephemeral, adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.

    Berdasarkan asal kejadiannya (genetikanya) sungai dibedakan menjadi 5 jenis yaitu sungai konsekuen, sungai subsekuen, sungai obsekuen, sungai resekuen dan sungai insekuen.
    1. Sungai Konsekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah lereng awal.
    2. Sungai Subsekuen atau strike river adalah sungai yang aliran airnya mengikut strike batuan, arah aliran tegak lurus dengan sungai konsekuen. Sungai ini biasanya berupa anak sungai yang bermuara ke sungai induk, yakni sungai konsekuen.
    3. Sungai Obsekuen, adalah sungai yang aliran airnya berlawanan arah dengan sungai konsekuen atau berlawanan arah dengan kemiringan lapisan batuan serta bergabung dengan sungai subsekuen.
    4. Sungai Resekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah kemiringan lapisan batuan, sungai ini sebagai cabang dari sungai subsekuen dan bermuara di sungai subsekuen.
    5. Sungai Insekuen, adalah sungai yang mengalir tanpa dikontrol oleh litologi mau pun struktur geologi. (Tidak ada pada gambar)



    Berdasarkan struktur geologinya sungai dibedakan menjadi dua yaitu sungai anteseden dan sungai sungai superposed.
    1. Sungai Anteseden adalah sungai yang tetap mempertahankan arah aliran airnya walaupun ada struktur geologi (batuan) yang melintang. Hal ini terjadi karena kekuatan arusnya, sehingga mampu menembus batuan yang merintanginya.
    2. Sungai Superposed, adalah sungai yang melintang, struktur dan prosesnya dibimbing oleh lapisan batuan yang menutupinya

    Pola Aliran Sungai
    1. Pola aliran radial sentrifugal (pola aliran yang meninggalkan pusat) biasanya di daerah kubah/dome
    2. Pola Aliran radial sentripetal (pola aliran yang menuju ke pusat). Biasanya terdapat didaerah basin atau ledokan, kaldera, karater, atau cekungan.
    3. Aliran dendritik. Pola aliran yang tidak teratur yang biasanya terdapat di daerah datar, daerah dataran pantai/ daerah berupa pegunungan yang meluas
    4.Pola aliran trellis. Pola aliran berbentuk sirip daun atau trelis yang terdapat pada pegunungan lipatan. Daerahnya merupakan daerah lipatan yang kuat atau lapisan batuannya miring dengan macam-macam batuan heterogen.
    5. Pola aliran annular. Pola ini pada awalnya merupakan aliran radial sentrifugal. Kemudian timbul sungai subsekuen. Obsekuen dan resekuan. Biasanya terdapat didaerah dome stadium dewasa.
    6. Pola aliran rektanguler. Pola aliran berbentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku. Biasanya terdapat pada daerah patahan
    7. Pola aliran paralel, yaitu pola aliran sungai yang hampir sejajar (paralel) antara sungai satu dengan sungai lainnya. Paralel: anak sungai utama saling sejajar atau hampir sejajar, bermuara pada sungai-sungai utama dengan sudut lancip atau langsung bermuara ke laut. Berkembang di lereng yang terkontrol oleh struktur (lipatan monoklinal, isoklinal, sesar)
    8. Pola aliran Pinnate, yaitu pola aliran yang alirannya melalui daerah patahan pada dataran rendah.

p1